Kamis, 14 Agustus 2008

Inovasi Sarana Pendidikan

Dosen Pengampu :Ir. Retno Susanti, MT
Judul : Pemberdayaan Partisifasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan guna Pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional di SMA Negeri 1 Manggar

BAB I
LANDASAN TEORI

I.1 Pengertian SBI

Rintisan penyelenggaraan SBI memiliki dasar hukum yaitu Pasal 50 ayat 3 Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), yang didalamnya menjelaskan ‘pemerintah dan atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang – kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional’.

Hal inilah yang membuat sekolah berkeinginan melaksanakan sekolah rintisan bertaraf internasional (SBI), dengan berbagai alasan salah satunya adalah di era globalisasi ini menuntut kemampuan dalam daya saing baik berupa teknologi, manajemen dan sumber daya manusia. Agar siap dan mampu berkembang dan menang dalam setiap persaingan.

Menangkap pengertian dari Direktorat Pembinaan SMP yang merumuskan bahwa SBI adalah Sekolah Berstandar Nasional yang didalamnya terdapat Standar Nasional Pendidikan dimana meliputi kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga pendidikan, dana, pengelolaan dan penilaian diakumulasi dengan faktor pengembangan, perluasan dan pengayaan serta pendalaman yang didapat melalui pengadaptasan terhadap standar pendidikan di dalam maupun diluar negeri yang pada akhirnya mutu dari sekolah tersebut diakui secara internasional.

Lulusan SBI diharapkan mampu bersaing dengan memiliki pengetahuan secara global agar setingkat dengan para lulusan dari luar negeri lainnya. Dengan mengenalkan sedini mungkin terhadap suatu pendidikan yang diunggulkan dalam era globalisasi. Dimana diharapkan bila telah mengenal sedini mungkin akan dapat mempersempit jurang pendidikan antara Indonesia dengan negara – negara lain di dunia.


I.2 Ciri dan Model Pengembangan SBI

I.2.1 Ciri Pengembangan SBI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Gandhi Memorial School Jakarta, Jubile School Jakarta, Mountainview, Salatiga (Info Mandikdasmen, April 2007), telah didapat beberapa karakteristik SBI yang dapat dilaksanakan yaitu :

  1. Fokus harus jelas dengan menggunakan ‘sharing’ antar warga sekolah

- Mempunyai visi yang jelas, mudah dimengerti dan dipahami serta berdasarkan pada kebutuhan siswa dan sekolah

- Seluruh warga sekolah, baik itu kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan maupun komite sekolah dan siswa harus mengerti dan memahami visi dan misi tersebut.

- Mempunyai kode etik kehormatan siswa dan guru.

  1. Mempunyai standar yang tinggi

- Siswa banyak yang menjadi juara olimpiade baik nasional maupun internasional

- Guru bertanggung jawab dalam rangka peningkatan prestasi siswa

  1. Kepemimpinan Sekolah yang Efektif (Effective Schooll Leadeship)

- Mempunyai disiplin yang tinggi

- Kepala sekolah harus mampu mengoptimalkan kemampuan sumber daya disekolah dengan mengkomunikasikan kepada warga sekolah

  1. Kurikulum,pembelajaran dan evaluasi yang lebih dar Standar Nasional

- Mata pelajaran menerapkan strategi mengajar berbasis penelitian

- Kurikulum mengacu kepada kurikulum internasional

- Ruang belajar yang memadai

- Perpustakaan cukup luas dan lengkap

- Tersedianya Lab berserta fasilitas yang memadai

  1. Pengembangan staf pendidik dan tenaga pendidikan yang terfokus
  2. Lingkungan belajar yang mendukung

- Dukungan yang jelas dari Komite Sekolah terhadap visi dan misi sekolah

- Baik Pemerintah Kabupaten maupun Provinsi mempunyai dukungan yang jelas terhadap perkembangan sekolah yang akan dijadikan rintisan, misalkan : pemberian beasiswa

- Lingkungan sekolah yang nyaman dan aman

  1. Peran serta keluarga dan masyarakat yang tinggi

- Keterlibatan orang tua dalam pemilihan kegiatan ekstrakulikuler dan pemilihan jurusan serta pengembangan citra dari sekolah


I.2.2 Model Pengembangan SBI

Terdapat 4 (empat) model pengembangan SBI yaitu :

  1. Model Sekolah Baru (Newly Developed SBI)

Dalam model ini, SBI yang didirikan dengan segala isi dan fasilitasnya adalah baru. Dimana diharapkan untuk menjadi SBI yang baru harus mempunyai semua yang bertaraf internasional, baik guru, siswa, kepala sekolah, sarana prasarana, dana, maupun kurikulum yang akan diterapkan dengan asumsi bahwa bila kita membangun sekolah yang ada untuk dijadikan SBI kemungkinan tingkat kesiapan keseluruhan elemen baik input, proses dan outpunya masih rendah.

  1. Model Pengembangan Sekolah Yang Ada (Existing Developed SBI)

Maksudnya adalah pengembangan SBI untuk sekolah yang telah ada dapat dilaksanakan, yaitu khusus sekolah yang telah memiliki kepala sekolah dan guru yang profesional, sarana prasarana yang memadai untuk pengembangan ke taraf internasional. Hambatan yang didapat dalam model ini adalah meningkatkan kualitas guru, sistem manajemen dan budaya sekolah yang harus disadari sedini mungkin

  1. Model terpadu

Adalah dengan dibangunnya sekolah terpadu yaitu SD, SMP, SMA dan SMK dalam satu komplek dan satu manajemen. Dengan model ini sekolah dapat dipimpin oleh 1 (satu) kepala sekolah untuk seluruh satuan pendidikan atau 1 (satu) satuan pendidikan dipimpin oleh 1 (satu) kepala sekolah.

  1. Model Kemitraan

Model ini diharapkan SBI yang dipilih dari sekolah yang ada dapat bermitra dengan salah satu sekolah di luar negeri yang memiliki reputasi internasional. Dengan adanya kemitraan diharapkan sekolah tersebut dapat menerapkan model bertaraf internasional, contoh : twins program atau sister school, dll.


BAB II

ANALISIS MASALAH


II.1 Sekilas Tentang SMAN 1 Manggar

SMA Negeri 1 Manggar berlokasi di Jalan Jend. Sudirman - Kecamatan Manggar – Kab. Belitung Timur, dengan jumlah murid tahun 2007/2008 untuk Kelas I = 145 siswa, Kelas II = 165 siswa dan Kelas III = 159 siswa

Dengan fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar yang telah dipenuhi berupa perpustakaan labotarium yaitu komputer, bahasa, dll

Perlu menjadikan catatan : bahwa SMAN 1 Manggar telah merintis SBI mulai tahun 2007 dengan menyediakan 2 ruang kelas khusus exclaration, penambahan 3 ruang kelas baru, rehab ruang ICT dan rehab gedung kantor, rencana untuk tahun 2008 akan segera di rehab untuk ruang kelas menjadi bertingkat dengan kapasitas 6 kelas.


II.2 Analisis Pengembangan

Berdasarkan data diatas dapat dianalisis suatu model pengembangan kearah SBI dengan menggunakan beberapa permasalahan yang ada, yaitu ;

a. Pendukung baru : meliputi fasilitas, SDM dan manajemen yang bagus tapi mahal

b. Daya saing : meliputi SDM yang tersedia dan memadai dalam KBM, sarana prasarana yang belum lengkap

c. Daya tawar pemasok : meliputi rekanan yang mempermudah pengadaan sarana prasarana

d. Daya tawar pengguna : meliputi pemanfaatan sarana prasarana dengan adanya pengoptimalisasian penggunaan fasilitas

e. Inovasi : meliputi model pembelajaran yang baik, dengan kualitas guru yang perlu ditingkatkan

Penganalisaan pengembangan diatas dapat ditarik benang merah bahwa perlunya partisifasi masyarakat khususnya stake hoder baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pemenuhan segala fasilits penunjang kegiatan menuju Sekolah Berstandar Internasional (SBI).

Terdapat 8 (delapan) acuan dalam pengembangan SBI yang dapat dipedomani oleh satuan pendidikan, sesuai dengan karakteristik, keunikan dan kemampuan yang dimilik yaitu :

  1. Pengembangan SBI harus berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan faktor pengembangan, perluasan dan pengayaan serta pendalaman yang didapat melalui pengadaptasian terhadap standar pendidikan di dalam maupun diluar negeri, juga berupa kurikulum, bahan ajar, dll.
  2. Pengembangan SBI harus dilandasi atas kebutuhan dan prakarsa sekolah yang bersangkutan
  3. Pengembangan SBI dalam kurikulumnya harus bertaraf internasional, yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengethuan dan teknologi global yang diadaptasi dari program pendidikan luar negeri
  4. Pengembangan SBI harus menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah, dimana memberikan kewenangan dan tanggungjawab kepada sekolah untuk dapat mengembangkan dan mengatur rumah tangganya sendiri
  5. Pengembangan SBI harus menerapkan proses belajar mengajar yang mampu meningkatkan daya kresasi, inovasi, nalar dan eksperimen dalam setiap kegiatan disekolah
  6. Pengembangan SBI harus menerapkan prinsip – prinsip kepemimpinan yang memiliki visi kedepan kearah mana SBI akan dikembangkan da secara bersama – sama dengan warga sekolah dalam pencapaian visi tersebut.
  7. Pengembangan SBI harus mempunyai sumber daya manusia yang profesional dan tangguh, baik dari guru maupun kepala sekolah, tnaga pendukung maupun dari komite sekolah. Yang dimaksud profesional adalah penguasaan bidang kerja, etos kerja dan penguasaan bahasa pendamping (bahasa asing)
  8. Pengambangan SBI harus didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap, canggih dan bertaraf internasional.
Baca Selengkapnya......

Rabu, 25 Juni 2008

Inovasi Sarana Pendidikan

Dosen Pengampu : Ir. Nurini, MT
Judul : Review Artikel tentang Inovasi Sarana Pendidikan Negara Malaysia



YB Tan Sri Musa Muhammad, mantan Menteri Pendidikan (secara tidak langsung) telah mencadangkan gabungan falsafah konservatif dan liberal dalam pedagogi. Dapat dilihat dalam pemikiran beliau untuk memberikan sedikit kelonggaran bagi sekolah untuk menguruskan sendiri dan menggalakkan sekolah memperkenalkan unsur-unsur ketrampilan/kemahiran dalam akademik. Selain itu konsep-konsep terkini seperti Sekolah Wawasan, Bestari dan Premier juga perlu mendapat dukungan tenaga pendidik untuk turut melaksanakannya. Kesemuanya adalah bertujuan untuk melahirkan suasana pendidikan yang lebih demokratik.


Di zaman ini, perhatian serius perlu diberikan terhadap isu-isu seperti budaya, etnik dan bangsa yang belajar dengan cara yang lebih beragam. Permasalahan dibawah ini perlu ditanyakan terlebih dahulu :
  1. Bagaimanakah kita dapat mengetahui bahwa seluruh pelajar mampu belajar sejajar dengan panduan-panduan yang telah diberikan?
  2. Bagaimanakah caranya kita dapat menyeragamkan pengetahuan dan kemahiran/ketrampilan untuk semua orang?


Jika kita perhatikan suasana masa sekarang, sudah tentu jawaban-jawaban yang bakal diberikan adalah 'tidak tahu!’. Jadi apakah sebenarnya yang dipanggil keunggulan hasil inovasi dalam pedagogi? Bagaimanakah caranya kurikulum sekarang dapat disesuaikan dengan sekolah-sekolah dalam konteks budaya, etnik dan bangsa?

Semua pihak sekolah perlu diberikan peluang untuk menguruskan perkara ini secara bebas. Pengurusan yang boleh dilakukan ialah membangun dan menguji standard kandungan bagi menafsirkaan pengetahuan dan kemahiran untuk sekolah masing-masing. Banyak lembaga yang dapat terlibat sama dalam membantu pelaksanaan tersebut antara lain Lembaga Kursus, Kelompok Belajar, dll. Kesimpulan dari pendapat umum seperti ini kadangkala amat baik dan boleh menjadi input-input yang positif untuk aras standard dan kurikulum akademik.

Segala masalah yang berhubungan dengan inovasi pedagogi tidak akan dapat diminimalkan melalui penilaian kurikulum yang berdasarkan kepada pembelajaran konsep-konsep yang penting, kemahiran berfikir dan aplikasi pembelajaran situasi 'sebenar'.

Langkah susulan yang perlu dilakukan mengenai tiga (3) falsafah pendekatan terhadap standard /kurikulum pedagogi yaitu : konservatif, liberal dan kiritikal. Ketiga-tiga pendekatan ini dapat menjelaskan isu berhubung secara langsung antara konsep standard dan keunggulan dalam konteks pendidikan yang lebih demokratik. Pendekatan terhadap standard guna membangun ketiga falsafah ini perlu dikaji dari segi kebaikan dan keburukannya. Gabungan yang tepat ke atas ketiga elemen ini akan memudahkan satu panduan diwujudkan bertujuan untuk membangunkan standard yang lebih demokratik dan unggul sehingga ke bilik darjah.

Konsep Konservatif, Perkembangannya dan Pengaruhnya Terhadap Pedagogi Malaysia

Isu kualitas dan standard sekolah termasuk system pengajaran guru dan kepala sekolah juga ditekankan. Falsafah konservatif tidak menyetujui kekuasaan secara mutlak kepada seorang ketua / kepala sekolah membuat keputusan disamping tidak menggemari pertumbuhan dan tidak bersikap terbuka terhadap pendapat.

Falsafah konservatif berpendapat bahwa dukungan atau tentangan masyarakat terhadap sekolah akan bergantung kepada cara pengurusan sekolah melayani mereka. Bila pengurusan diserahkan kepada campurtangan sembarang orang 'luar' akan membuat ketidak beraturan perjalanan pengurusan sekolah. Standard yang diwujudkan sentiasa menjelaskan satu set "kemahiran asas" contohnya 3M. Namun, ramai pengkritik berpendapat bahwa konsep konservatif tidak mau berubah mengikut keadaan dan terlalu banyak unsur politik didalamnya. Pendapat peneliti bahwa konsep ini terlalu berhati-hati dalam membuat perubahan bukannya tidak mahu berubah langsung.

Konsep inilah juga yang menuntut supaya pelajar dikenalkan sejak usia yang masih muda agar mengenal sejarah Malaysia dalam semua mata pelajaran sebagai asas ketersedaiaan mereka untuk berkembangnya zaman ke arah globalisasi. Unsur-unsur pembelajaran sastra dan seni juga perlu dikenalkan. Elemen-elemen seperti ini dapat mengenalkan nilai budaya dan intelektual dalam pendidikan. Perkenalan ini telah dipraktikkan oleh hampir semua sekolah di Malaysia.

Namun, penekanan terhadap bahasa penghantar kedua yaitu Bahasa Inggeris didapati agak berkurangan. Mungkin pengaruh chauvinistik atau fanatik yang menjadi penyebabnya. Bahasa Inggeris termasuk bahasa asing yang lain perlu ditekankan guna menterjemahkan ilmu yang disadur daripada negara asing yang semakin meningkat terutamanya dalam penggunaa di Internet.

Peningkatan Falsafah Konservatif dengan Kaedah Liberal

Pembelajaran dari berbagai bidang kemahiran dan kepintaran ke atas sistem 'sort and select' juga perlu bagi melahirkan ilmu pedagogi yang komited terhadap sistem pendidikan cemerlang dan demokratik. Pengurusan terhadap kurikulum pada sebuah sekolah masih memerlukan banyak pembelajaran terhadap unsur-unsur dari luar yang positif. Jika pengurusan tidak dikawal, adalah dikhawatirkan, sistem konservatif ini akan menyebabkan bias, minat parochial dan ketidakseragaman dalam apa-apa program yang dirancangkan.

Standard yang baru mestilah berorientasikan penyelesaian masalah, komunikasi dan pendekatan terpadu terutamanya ke atas subjek-subjek seperti sains dan matematik. Subjek-subjek teknikal ini mestilah berbentuk pemahaman konsep dan bukannya belajar untuk lulus peperiksaan. Falsafah pendidikan harus mengambil ilmu pengetahuan, disiplin ilmu yang baik, kualiti pendidikan, peningkatan ilmu dan tidak mengulangi kegagalan dasar, praktik dan strategi yang pernah diwujudkan.

Selain itu, konsep-konsep baru seperti TQM, ISO 9000 dan lain-lain yang setaraf perlu menjadi elemen yang bersifat 'complementary' dan bukannya mengubah 100% falsafah dan pengurusan yang telah ada. Ini karena untuk menyesuaikan kehendak standard dengan suasana akademik adalah sesuatu yang Easier Said than Done.

Kemahiran atau ketrampilan ini juga perlu memasukkan unsur-unsur kerjasama, pemikiran analitikal dan kritikal serta penyelesaian terhadap masalah dan komunikasi yang baik. Walaupun unsur kepintaran buatan seperti robotik, automasi dan komputer didapati telah mengambilalih tugas manusia, namun masih terlalu banyak proses yang tidak dapat 100% diatur.

Unsur ketrampilan yang mungkin boleh diperkenalkan di peringkat awal ini; sebagai contoh; ialah kemahiran komputer secara mendasar seperti aplikasi (umpamanya pemerosesan perkataan, helaian hamparan, grafik diatas meja, perbuatan grafik/beranimasi/multimedia, pangkalan data dan rekabentuk laman web)

Bagi mencapai tahap ketrampilan yang baik tentunya kurikulum dan tenaga pengajarnya juga perlu baik. Contohnya untuk memasukkan 'ralatizin' dalam formula matematik dan sains memerlukan anjakan paradigma tenaga-tenaga pengajar itu sendiri. Ini tidak akan dapat diajarkan jika tenaga pengajar belum bersedia menerima perubahan ini. Bengkel demi bengkel ketrampilan perlu lebih banyak diadakan dan bukannya semata-mata untuk memberikan tenaga pengajar peluang untuk berlibur atau berakhir dengan konflik perdebatan tanpa penyelesaian.

Pengawasan terhadap proses, prestasi, latihan, sumber dsb. perlu diadakan dengan menggunakan metode yang lebih terbuka dan mengambil contoh seperti rekod, data, dokumen, maklumbalas, pengukuran sumbangan, kepatuhan disiplin dan sebagainya.

Selain itu, sekolah yang masih serba kekurangan, juga memerlukan prasarana yang ada. Ini termasuk pelajaran disekolah, bahan yang mencukupi, peningkatan kualiti makmal sains dan komputer, pendidikan intrakulikuler dan ektrakulikuler yang seimbang dan peluang serta strategi, masa dan adanya tenaga pengajar yang mencukupi bagi membantu pelajar yang masih serba kekurangan.

Pengaruh Falsafah Kritikal

Falsafah kritikal berpendapat bahawa pengetahuan perlu melalui proses budaya, sejarah, etnik dan linguistik sesuai dengan konsep asalnya. Tenaga pengajar akan dapat menggunakan unsur dalam membantu pelajar lebih memahami isu-isu semasa terutamanya persamaan dan keadilan sosial bagi melahirkan suasana demokratik. Pengetahuan asas mengenai struktur masyarakat seperti ekonomi, negara, tempat kerja dan budaya pelbagai juga ditekankan.

Kurikulum baru perlu menjelaskan keperluan pelajar secara lebih meluas dalam konteks demokratik dan bukannya berdasarkan kepada agenda politik teori kritikal, yang hanya meningkatkan kemahiran dan pengetahuan dalam disiplin ilmu yang dipelajarinya saja.

Segala prasarana perlu diwujudkan dengan segera dengan kerjasama semua pihak dan tidak hanya terbatas atau bergantung sepenuhnya kepada Menteri Pendidikan semata. Semua pihak perlu menunjukkan rasa prihatin terhadap suasana pendidikan, pedagogi dan kurikulum negara kerana ini merupakan puncak kepada kemunculan ahli ilmu, tenaga professional, tokoh korporat, pemimpin dan sebagainya yang bakal mencorak masa hadapan negara.

Baca Selengkapnya......